Kami menyediakan Latex dan RSS3
CARI JUDUL ARTIKEL TEKANG CTRL + F
HOW TO MAKE LATEX BALLOON AT HOME
MACAM MACAM POHON KARET
GAPKINDO (Gabungan
Perusahaan Karet Indonesia)
MANAGEMENT KEBUN KARET
PENGENDALIAN GULMA DENGAN HERBISIDA
KLON KARET UNGGUL PENGHASIL KAYU
KEUNTUNGAN BERSIH PERKEBUNAN KARET
LATEK BERKADAR PROTEIN RENDAH
KEADAAN KARET INDUSTRI DI INDONESIA
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN BARANG
KARET BERBASIS LATEKS PRAVULKANISASI
MANUFACTURING PROCESS OF LATEX GLOVES
PENDAHULUAN
Karet Alam didunia 70% dihasilkan di Indonesia,
Malaysia, dan Thailand. Karet alam didapat dari
menyadap pohon karet Hevea Brasiliensis berupa
cairan karet yang disebut lateks. Karet sangat
dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari mulai dari
kebutuhan rumah tangga hingga kebutuhan industri.
Kebanyakan karet digunakan dalam pembuatan selang
dan ban mobil (sekitar 50% lebih).
Jenis jenis karet:
Crepes berasal dari lateks, lump karet,
atau RSS yang berkualitas rendah. Cara pembuatannya
mirip dengan RSS yang berbeda adalah menghilangkan
warna cokelat tua dari karet kering. Kemudian
hasilnya adalah karet yang berwarna putih yang
digiling mengunakan mesin pengiling menjadi lembaran
tipis crepes.
Lateks adalah karet alam yang dicampur
dengan ammonia. Kebanyakan lateks yang berasal dari
pohon mempunyai kadar karet 25-29%. Lateks kebun ini
kemudian bisa dikentalkan dengan mengunakan mesin
sentrifugal untuk meningkatkan kadar karetnya
menjadi sekitar 60%. Karet dengan kadar 60% inilah
yang kita sebut karet pekat. (specifikasi karet
pekat). Komposisi lateks pekat:
RSS: Ribbed Smoked Sheet adalah lateks
yang digumpalkan dengan mencampur dengan asam.
Kemudian dipanaskan dan diasap di ruang asap. Karena
proses pengasapan ini, product ini disebut Ribbed
smoked Sheet (Lembaran karet yang dipotong dan
diasap). Digunakan untuk membuat ban dan selang tube
untuk mesin.
TSR: Technical Specified Rubber:
Lateks karet digumpalkan terus dihaluskan dan
dipanaskan untuk digunakan untuk membuat ban, selang
tube untuk mesin. TSR disebut juga block rubber,
pembuatannya membutuhkan mesin yang cukup komplex
dan tenaga listrik yang cukup besar.
TSR diberbagai Negara: TSR nya Malaysia disebut
SMR (Standard Malaysian Rubber);
TSR nya Singapur disebut SSR
(Standard Singapore Rubber); TSR nya Indonesia
disebut SIR (Standard Indonesian
Rubber); TSR nya Thailand disebut TTR
(Thai Tested Rubber)
Macam Macam Pohon Karet
Hevea Brasiliensis:
Popular sebagai karet alam yang diperjual belikan
– asal dari brasil
Palaguium gatta
Asal dari Malaysia – Stabil terhadap air –
Digunakan untuk kabel bawah air dan resin sintesis
Dyera Costulata
Lateks asal dari Malaysia – bahan dasar permen
karet dan bahan perekat untuk ikat pinggang
Accacia senegal
Asal pantai barat afrika – mudah larut di air –
banyak digunakan dalam pembuatan tinta, perekat
perangko, dan pembuatan tablet dan pil.
Funtumia elastic
Asal Afrika Barat – karet Funtumia lebih halus
dibandingkan Hevea Brasiliensis – Banyak ditanam di
asia tenggara – bias dikeringkan karet berwarna
transparan sedangkan karet kering hevea brasiliensis
berwarna cokelat gelap.
Pemakaian Karet didunia
Ada dua jenis karet: karet alam yang diambil dari
pohon karet dan karet sintesis yang dibuat dari
derivatif minyak bumi. Pemakaian gabungan keduanya
banyak digunakan untuk membuat ban, selang, kabel,
dan insulator. Misalnya pada ban digunakan komposisi
45% karet sintesis dan 55 % karet alam.
Dikarenakan pembuatan karet sintesis mengunakan
bahan dasar minyak bumi, kenaikan harga minyak bumi
memicu kenaikan harga karet sintesis. Karet sintesis
dan karet alam adalah barang complementary, artinya
keduanya harus digunakan bersamaan, karena itu
kenaikan harga karet sintesis juga memicu kenaikan
harga karet alam. Secara tidak langsung kenaikan
minyak bumi akan memicu kenaikan harga karet alam
GAPKINDO
Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) or
the Rubber Association of Indonesia is an
association of Indonesian enterprises dealing in
rubber.The objective of Gapkindo is to develop and
improve production, processing and marketing of
Indonesian natural rubber as one of the important
export products of Indonesia.
Members of Gapkindo comprise of rubber plantations
(state-owned, private-national as well as
foreign-capital), processors, exporters, traders
(brokers, dealers) and buyer representative.
As of June 2009 total membership counts to 161
companies.
Gapkindo organization consists of a Governing Board
in the Jakarta Secretariat and Branches in each
rubber producing province, namely North Sumatera
(including Aceh), West Sumatera, Riau, Jambi, South
Sumatera, Lampung,Bengkulu, West Kalimantan,
South/Central Kalimantan, and Java,
Gapkindo was founded in Jakarta on May 25, 1971
during the peak of movement to establish production
of technically specified rubber in Indonesia, which
is presently well-known as Standard Indonesian
Rubber (SIR). At first, the name of the
association was Persatuan Pengusaha Karet
Spesifikasi Teknis Indonesia (PPKSTI) or the
Indonesian Association of Technically Specified
Rubber Producers. This was later changed to
Gapkindo, hence The Rubber Association of Indonesia
to include also producers of others types of natural
rubber, traders and buyer representatives.
JAWA BRANCH
Office :
Gedung Graha Pena, Suite No. 109 Jl. Raya Kebayoran
Lama No. 12
Jakarta Selatan 12210
Tel.(62-21)53699614,081317914520
Tel. (62-21) 53699614E-mail :
jawa@gapkindo.org
No. |
Company |
Activity |
Production |
1. |
ASIA RUBBERINDO PT, |
Exporter, Broker |
|
2. |
BAJABANG INDONESIA PT,PP |
Estate |
|
3. |
BANI HUMA PT, |
Producer, Trader |
|
4. |
BERDIKARI PT, |
Exporter |
|
5. |
BITUNG GUNASEJAHTERA PT, |
Processor, Trader |
SIR (10, 20) |
6. |
BUMI NUSA MAKMUR PT, |
Exporter |
|
7. |
CAKUNG PERMATA NUSA PT, |
Estate |
Latex Concentrate |
8. |
CONDONG GARUT PT, |
Estate, Processor |
RSS |
9. |
DRAMAGA CV, |
Supplier/Exporter |
|
10. |
FATH INDONESIA PT, |
Supplier, Exporter |
|
11. |
INDO JAVA RUBBER PLANTING Co. PT, |
Estate, Processor, Exporter |
SIR (3L, 5, 10, 20) |
12. |
JADI JAYA MAKMUR CV, |
Processor, Exporter, Agent, Buyer |
|
13. |
KALIDUREN ESTATES PT, |
Estate, Processor, Exporter |
SIR 20 |
14. |
KHARISMA PEMASARAN BERSAMA NUSANTARA PT, |
Marketing |
|
15. |
KARYA MULTINIAGA MANDIRI PT, |
Exporter. Trader |
|
16. |
MERIDIAN JATI INDONESIA |
Exporter, Trader |
|
17. |
NASIONAL BHIRAWA TAMA PT, |
Processor, Agent |
Brown Crepe, RSS, SIR |
18. |
NUANSA KARYA CIPTA PT, |
Agent, Broker |
|
19. |
PERKEBUNAN HASFARM SUKOKULON PT, |
Estate, Processor |
Crepe, Brown Crepe, Cutting Crepe |
20. |
PERKEBUNAN NUSANTARA VIII PT, |
Estate, Processor, Exporter |
SIR (10, 20, 3L, 3WF, 5), Latex Crepe, Pale
Crepe (1X, 2X, 3X), RSS (1, 2,
3) |
21. |
PERKEBUNAN NUSANTARA IX PT, |
Estate, Processor, Exporter |
RSS (1, 2, 3, 4), Pale Crepe (TPC I, TPC
II), Brown Crepe (1X, 2X, 3X), Latex
Concentrate |
22. |
PERRKEBUNAN NUSANTARA XII PT, |
Estate, Processor, Exporter |
RSS |
23. |
RABERINDO PRATAMA PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
24. |
SARANA KARINDO PT, |
Broker/Traders, exporter |
|
25. |
TOYOTA THSUSHO INDONESIA PT, |
Trading |
|
26. |
WILSON TUNGGAL PERKASA PT, |
Exporter, Trader |
|
LAMPUNG BRANCH
Office :
Jl. Teuku Umar Tromol Pos 74 (Gedung TK. Lama)
Bandar Lampung
Tel. (62-721) 704558
Fax. (62-721) 704558
E-Mail :
lampung@gapkindo.org
This e-mail address is being protected from
spambots. You need JavaScript enabled to view it ,
karetlpg@yahoo.com
This e-mail address is being protected from
spambots. You need JavaScript enabled to view it
Chairman : Drs. Andi Punoko, Ak
Executive Secretary : Ir. Achdiansyah
No. |
Company |
Activity |
Production |
1. |
HUMA INDAH MEKAR PT, |
Estate, Processor |
Latex Concentrate, Ribbed Smoke Sheet, Crepe |
2. |
INDO LATEX JAYA ABADI PT, |
Processor |
SIR 20 |
3. |
KOMERING JAYA PERDANA PT, |
Processor, Exporter |
SIR 20 |
4. |
PERKEBUNAN NUSANTARA VII PT, |
Estate, Processor, Exporter |
SIR (3CV, 3L, 3WF, 10, 20),RSS |
5. |
MARDEC SIGER WAY KANAN PT, |
Processor-Exporter |
SIR 20 |
6. |
STIMEC INTERNATIONAL PT, |
|
SIR (20, 3CV) |
7. |
SILVA INHUTANI LAMPUNG PT, |
Plantation, Processor, Exporter |
RSS |
8. |
RUBBER JAYA LAMPUNG PT, |
Processor-Exporter |
|
9. |
WAYKANDIS PT, |
Processor-Exporter |
SIR 20 |
SOUTH AND CENTRAL KALIMANTAN BRANCH
Office :
Jl. Drs. H.J. Djok Mentaya No. 1B Kav. 2,
Banjarmasin 70112
Tel. (62-511) 3354673
Fax. (62-511) 3351116
E-Mail :
kalselteng@gapkindo.org
This e-mail address is being protected from
spambots. You need JavaScript enabled to view it ,
gapkindokst@yahoo.com
This e-mail address is being protected from
spambots. You need JavaScript enabled to view it
Chairman : Andreas Winata
Executive Secretary : Sulaiman Abdullah
No. |
Company |
Activity |
Production |
1. |
BANUA LIMASEJURUS PT, |
Processor, Exporter |
SIR 20 |
2. |
BORNEO MAKMUR LESTARI PT, |
Processor - Exporter |
SIR 20 |
3. |
BRIDGESTONE KALIMANTAN PLANTATIONS PT, |
Estate-Processor-Exporter |
RSS (1, 4) Cup Lump |
4. |
BUMI JAYA PT, |
Processor-Exporter |
SIR 20 |
5. |
BUMI ASRI PASAMAN PT, |
Processor – Exporter |
SIR (10, 20) |
6. |
DARMA KALIMANTAN JAYA PT, |
Processor - Exporter |
SIR 20 |
7. |
HOK TONG PT, |
Processor, Exporter |
SIR 20 |
8. |
INSAN BONAFIDE PT, |
Processor, Exporter |
SIR 20 |
9. |
KARIAS TABING KENCANA PT, |
Processor, Exporter |
SIR 20 |
10. |
KARYA SEJATI PT, |
Processor, Exporter |
SIR 20 |
11. |
SAMPIT PT, |
Processor - Exporter |
SIR 20 |
Bengkulu Branch
Office :
PT. Air Muring
Jl. Bukit Barisan No. 3 RT. 3 RW. 40 Kel. Sawah
Lebar, Ratu Agung
Kodya Bengkulu 3802
Tel/Fax. (62-736) 20398
Jakarta Office :
PT. Batanghari Group
Menara Kuningan B2-B3, 9th floor,Jl. H.R.
Rasuna Said
Blok X-7, Kav. 5, Jakarta 12940
Tel. (62-21) 3001 5656
Fax.(62-21) 3001 5676
E-mail :
bengkulu@gapkindo.org
This e-mail address is being protected from
spambots. You need JavaScript enabled to view it
Chairman : Supatno Handoko
Executive Secretary : Nurul Natasha
No. |
Company |
Activity |
Production |
1. |
AIR MURING PT, |
Estate |
|
2. |
AGRO MUKO PT, |
Estate, Processor, Exporter |
SIR (10, 20, 3CV60) |
3. |
BATANGHARI BENGKULU PRATAMA |
Processor, Exporter |
SIR 20 |
4. |
BUKIT ANGKASA MAKMUR PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
5. |
PAMORGANDA PT, |
Estate, Processor, Exporter |
SIR (3CV, 10, 20) |
SOUTH SUMATERA BRANCH
Office :
Jl. Hang Tuah No.10, Palembang 30135, Indonesia
Phone : (62-711) 352014 , Fax : (62-711) 352095
Email :
sumsel@gapkindo.org
This e-mail address is being protected from
spambots. You need JavaScript enabled to view it ,
gapkindo.sum-sel@mdp.net.id
This e-mail address is being protected from
spambots. You need JavaScript enabled to view it
Chairman : Alex Kurniawan Edy
Executive Secretary : Drs. H. Awi Aman
No. |
Company |
Activity |
Production |
1. |
ANEKA BUMI PRATAMA PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
2. |
BADJA BARU PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
3. |
BINTANG GASING PERSADA PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10,20) |
4. |
BUMI BELITI ABADI PT, |
Processor, Exporter |
SIR 20 |
5. |
FAJAR BERSERI PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
6. |
FELDA INDO RUBBER PT, |
Processor, Exporter |
SIR 10, 20 |
7. |
GADJAH RUKU PT, |
Processor, Exporter |
SIR (5, 10, 20) |
8. |
HOK TONG 1 PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
9. |
HOK TONG 2 PT, |
Processor, Exporter |
SIR 20 |
10. |
KIRANA MUSI PERSADA PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
11. |
KIRANA WINDU PT, |
Processor-Exporter |
SIR (10, 20) |
12. |
KARINI UTAMA PT, |
Processor, Exporter |
SIR 20 |
13. |
LINGGA DJAJA PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
14. |
LONDON SUMATRA INDONESIA, Tbk PT,PP, |
Estate, Processor, Exporter |
SIR (3CV,3L, 10, 20) |
15. |
MARDEC MUSI LESTARI PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
16. |
MELANIA INDONESIA PT, |
Estate, Processor, Exporter |
RSS 1, RSS 3, Cutting |
17. |
MUARA KELINGI I PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
18. |
MUARA KELINGI II PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
19. |
MULTIAGRO KENCANAPRIMA PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
20. |
NIBUNG ARTHA MULIA PT, |
Processor, Exporter |
SIR (5, 10, 20) |
21. |
PANCASAMUDERA SIMPATI PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
22. |
PINAGO UTAMA PT, |
Processor, Exporter, Plantation |
RSS (1, 2, 3)
SIR (5, 10, 20) |
23. |
PRASIDHA ANEKA NIAGA Tbk PT, |
Processor, Exporter |
SIR (5, 10, 20) |
24. |
REMCO PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
25. |
SUNAN RUBBER PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
26. |
SRI TRANG LINGGA INDONESIA PT, |
Processor, Exporter |
SIR (10, 20) |
Source: http://www.gapkindo.org/
MANAGEMENT KEBUN KARET Credited to Chairil Anwar
1. Teknologi Budidaya Karet
Untuk membangun kebun karet diperlukan manajemen dan
teknologi
budidaya tanaman karet yang mencakup, kegiatan
sebagai berikut:
• Syarat tumbuh tanaman karet
• Klon-klon karet rekomendasi
• Bahan tanam/bibit
• Persiapan tanam dan penanaman
• Pemeliharaan tanaman: pengendalian gulma,
pemupukan dan
pengendalian penyakit
• Penyadapan/panen
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan
terhadap kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan
dan keadaan tanah sebagai media tumbuhnya.
a. Iklim
Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada
zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu
pertumbuhan tanaman karet agak terhambat sehingga
memulai produksinya juga terlambat.
Curah hujan
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara
2.500 mm sampai 4.000 mm/tahun,dengan hari hujan
berkisar antara 100 sd. 150 HH/tahun. Namun
demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi
akan berkurang.
Tinggi tempat
Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada
dataran rendah dengan ketinggian 200 m dari
permukaan laut. Ketinggian > 600 m dari permukaan
laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu
optimal diperlukan berkisar antara 25C sampai 35C.
Angin
Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya
kurang baik untuk penanaman karet
Tanah
Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada
umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah
dibandingkan dengan sifat kimianya.
Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat
tumbuh tanaman karet baik tanah vulkanis muda dan
tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m.
Tanah vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup
baik terutama struktur, tekstur, sulum, kedalaman
air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat
kimianya secara umum kurang baik karena kandungan
haranya rendah.
Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat
fisikanya terutama drainase dan aerasenya kurang
baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3, 0 - pH 8,0
tetapi tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0.
Sifat-sifat
tanah yang cocok untuk tanaman karet pada umumnya
antara lain :
- Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat
batu-batuan dan
lapisan cadas
- Aerase dan drainase cukup
- Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air
- Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir
- Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm
- Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan
unsur hara
mikro
- Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5
- Kemiringan tanah < 16% dan
- Permukaan air tanah < 100 cm.
2. Klon-klon Karet Rekomendasi
Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia telah banyak
menghasilkan klonklon karet unggul sebagai penghasil
lateks dan penghasil kayu. Pada Lokakarya Nasional
Pemuliaan Tanaman Karet 2005, telah direkomendasikan
klon-klon unggul baru generasi-4 untuk periode tahun
2006 – 2010, yaitu klon: IRR 5, IRR 32, IRR 39, IRR
42, IRR 104, IRR 112, dan IRR 118. Klon IRR 42 dan
IRR 112 akan diajukan pelepasannya sedangkan klon
IRR lainnya sudah dilepas secara resmi. Klon-klon
tersebut menunjukkan produktivitas dan kinerja yang
baik pada berbagai lokasi, tetapi memiliki variasi
karakter agronomi dan sifat-sifat sekunder lainnya.
Oleh karena itu pengguna harus memilih dengan cermat
klon-klon yang sesuai agroekologi wilayah
pengembangan dan jenis-jenis produk karet yang akan
dihasilkan.
3. Bahan Tanam
Hal yang paling penting dalam penanaman karet adalah
bibit/bahan tanam, dalam hal ini bahan tanam yang
baik adalah yang berasal dari tanaman karet okulasi.
Persiapan bahan tanam dilakukan paling tidak 1,5
tahun sebelum penanaman.
Dalam hal bahan tanam ada tiga komponen yang perlu
disiapkan,
yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas
(budwood), dan okulasi
(grafting) pada penyiapan bahan tanam.
Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan
untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai
perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk
mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan
pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis
yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan
benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta
usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan
Untuk mendapatkan bahan tanam hasil okulasi yang
baik diperlukan entres yang baik, Pada dasarnya mata
okulasi dapat diambil dari dua sumber, yaitu berupa
entres cabang dari kebun produksi atau entres dari
kebun entres. Dari dua macam sumber mata okulasi ini
sebaiknya dipilih entres dari kebun entres murni,
karena entres cabang akan menghasilkan tanaman yang
pertumbuhannya tidak seragam dan keberhasilan
okulasinya rendah.
Okulasi merupakan salah satu cara perbanyakan
tanaman yang dilakukan dengan menempelkan mata
entres dari satu tanaman ke tanaman sejenis dengan
tujuan mendapatkan sifat yang unggul. Dari hasil
okulasi akan diperoleh bahan tanam karet unggul
berupa stum mata tidur, stum mini, bibit dalam
polibeg, atau stum tinggi. Untuk tanaman karet, mata
entres ini yang merupakan bagian atas dari tanaman
dan dicirikan oleh klon yang digunakan sebagai
batang atasnya. Penanaman bibit tanaman karet harus
tepat waktu untuk menghindari tingginya angka
kematian di lapang.
Waktu tanam yang sesuai adalah pada musim hujan.
Selain itu perlu disiapkan tenaga kerja untuk
kegiatan-kegiatan untuk pembuatan lubang tanam,
pembongkaran, pengangkutan, dan penanaman bibit.
Bibit yang sudah dibongkar sebaiknya segera ditanam
dan tenggang waktu yang diperbolehkan paling lambat
satu malam setelah pembongkaran.
4. Persiapan Tanam dan Penanaman
Dalam pelaksanaan penanaman tanaman karet diperlukan
berbagai langkah yang dilakukan secara sistematis
mulai dari pembukaan lahan sampai dengan penanaman.
a. Pembukaan lahan (Land Clearing)
Lahan tempat tumbuh tanaman karet harus bersih dari
sisa-sisa tumbuhan hasil tebas tebang, sehingga
jadwal pembukaan lahan harus disesuaikan dengan
jadwal penanaman.
Kegiatan pembukaan lahan ini meliputi
(a) pembabatan semak belukar, (b) penebangan pohon,
(c) perecanaan dan
pemangkasan, (d) pendongkelan akar kayu, (e)
penumpukan dan pembersihan.
Seiring dengan pembukaan lahan ini dilakukan
penataan lahan dalam blok-blok, penataan jalan-jalan
kebun, dan penataan saluran drainase dalam
perkebunan. Penataan blok-blok. Lahan kebun
dipetak-petak menurut satuan terkecil dan ditata ke
dalam blok-blok berukuran 10 -20 ha, setiap beberapa
blok disatukan menjadi satu hamparan yang mempunyai
waktu tanam yang relatif sama.
Penataan Jalan-jalan
Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada
waktu pembangunan tanaman baru (tahun 0) dan
dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam blokblok
tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan
berbukit dengan pedoman dapat menjangkau setiap
areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal sejauh
200 m. Sedapatkan mungkin seluruh jaringan
ditumpukkan/ disambungkan, sehingga secara
keseluruhan merupakan suatu pola jaringan jalan yang
efektif. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis/kelas
jalan dan alat angkut yang akan digunakan.
Penataan Saluran Drainase
Setelah pemancangan jarak tanam selesai, maka
pembuatan dan penataan saluran drainase (field
drain) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan
dengan curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan
mempertimbangkan faktor peresapan dan penguapan.
Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan
pada parit-parit penampungan untuk selanjutnya
dialirkan ke saluran pembuangan (outlet drain).
b. Persiapan Lahan Penanaman
Dalam mempersiapkan lahan pertanaman karet juga
diperlukan pelaksanaan berbagai kegiatan yang secara
sistematis dapat menjamin kualitas lahan yang sesuai
dengan persyaratan. Beberapa diantara langkah
tersebut antara lain :
Pemberantasan Alang-alang dan Gulma lainnya
Pada lahan yang telah selesai tebas tebang dan lahan
lain yang mempunyai vegetasi alang-alang, dilakukan
pemberantasan alang-alang dengan menggunakan bahan
kimia antara lain Round up, Scoup, Dowpon atau
Dalapon. Kegiatan ini kemudian diikuti dengan
pemberantasan gulma lainnya, baik secara kimia
maupun secara mekanis.
Pengolahan Tanah
Dengan tujuan efisiensi biaya, pengolahan lahan
untuk pertanaman karet dapat dilaksanakan dengan
sistem minimum tillage, yakni dengan membuat larikan
antara barisan satu meter dengan cara mencangkul
selebar 20 cm. Namun demikian pengolahan tanah
secara mekanis untuk lahan tertentu dapat
dipertimbangkan dengan tetap menjaga kelestarian dan
kesuburan tanah.
Pembuatan teras/Petakan dan Benteng/Piket
Pada areal lahan yang memiliki kemiringan lebih dari
50 diperlukan pembuatan teras/petakan dengan sistem
kontur dan kemiringan ke dalam sekitar 150. Hal ini
dimaksudkan untuk menghambat kemungkinan terjadi
erosi oleh air hujan. Lebar teras berkisar antara
1,25 sampai 1,50 cm, tergantung pada derajat
kemiringan lahan. Untuk setiap 6 - 10 pohon
(tergantung derajat kemiringan 11 tanah) dibuat
benteng/piket dengan tujuan mencegah erosi pada
permukaan petakan.
Pengajiran
Pada dasarnya pemancangan air adalah untuk menerai
tempat lubang tanaman dengan ketentuan jarak tanaman
sebagai berikut :
a) Pada areal lahan yang relatif datar / landai
(kemiringan antara 00 - 80) jarak tanam adalah 7 m x
3 m (= 476 lubang/hektar) berbentuk barisan lurus
mengikuti arah Timur - Barat berjarak 7 m dan arah
Utara - Selatan berjarak 3 m
b) Pada areal lahan bergelombang atau berbukit
(kemiringan 8% - 15%) jarak tanam 8 m x 2, 5 m (=500
lubang/ha) pada teras-teras yang diatur bersambung
setiap 1,25 m (penanaman secara kontur). Bahan ajir
dapat menggunakan potongan bambu tipis dengan ukuran
20 cm - 30 cm. Pada setiap titik pemancangan ajir
tersebut merupakan tempat penggalian lubang untuk
tanaman.
Pembuatan Lubang Tanam
Ukuran lubang untuk tanaman dibuat 60 cm x 60 cm
bagian atas , dan 40 cm x 40 cm bagian dasar dengan
kedalaman 60 cm. Pada waktu melubang, tanah bagian
atas (top soil) diletakkan di sebelah kiri dan tanah
bagian bawah (sub soil) diletakkan di sebelah kanan
).
Lubang tanaman dibiarkan selama 1 bulan sebelum
bibit karet ditanam.
Penanaman Kacangan Penutup Tanah (Legume cover
crops = LCC)
Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan
sebelum bibit karet mulai ditanam dengan tujuan
untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki
struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi pengupan
air, serta untuk membatasi pertumbuhan gulma.
Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg.
Pueraria javanica, 6 kg Colopogonium mucunoides, dan
4 kg Centrosema pubescens, yang dicampur ke dalam 5
kg Rock Phosphate (RP) sebagai media. Selain itu
juga dianjurkan untuk menyisipkan Colopogonium
caerulem yang tahan naungan (shade resistence) ex
biji atau ex steck dalam polibag kecil sebanyak
1.000 bibit/ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan
melakukan penyiangan, dan pemupukan dengan 200 kg RP
per hektar, dengan cara menyebar rata di atas
tanaman kacangan.
Seleksi bibit
Sebelum bibit ditanam, terlebih dahulu dilakukan
seleksi bibit untuk memperoleh bahan tanam yang
memeliki sifat-sifat umum yang baik antara lain :
berproduksi tinggi, responsif terhadap stimulasi
hasil, resitensi terhadap serangan hama dan penyakit
daun dan kulit, serta pemulihan luka kulit yang
baik. Beberapa syarat yang harus dipenuhi bibit siap
tanam adalah antara lain :
- Bibit karet di polybag yang sudah berpayung dua.
- Mata okulasi benar-benar baik dan telah mulai
bertunas
- Akar tunggang tumbuh baik dan mempunyai akar
lateral
- Bebas dari penyakit jamur akar (Jamur Akar Putih)
Kebutuhan bibit
Dengan jarak tanam 7 m x 3 m (untuk tanah landai),
diperlukan bibit tanaman karet untuk penanaman
sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk penyulaman
sebanyak 47 (10%) sehingga untuk setiap hektar kebun
diperlukan sebanyak 523 batang bibit karet.
Penanaman
Pada umumnya penanaman karet di lapangan
dilaksanakan pada musim penghujan yakni antara bulan
September sampai Desember dimana curah hujan sudah
cukup banyak, dan hari hujan telah lebih dari 100
hari. Pada saat penanaman, tanah penutup lubang
dipergunakan top soil yang telah dicampur dengan
pupuk RP 100 gram per lubang, disamping pemupukan
dengan urea 50 gram dan SP - 36 sebesar 100 gram
sebagai pupuk dasar.
5. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan yang umum dilakukan pada perkebunan
tanaman karet meliputi pengendalian gulma, pemupukan
dan pemberantasan penyakit tanaman. Pengendalian
gulma Areal pertanaman karet, baik tanaman belum
menghasilkan (TBM) maupun tanaman sudah menghasilkan
(TM) harus bebas dari gulma seperti alang-alang,
Mekania, Eupatorium, dll sehingga tanaman dapat
tumbuh dengan baik. Untuk mencapai hal tersebut,
penyiangan pada tahun pertama dilakukan berdasarkan
umur tanaman seperti berikut:
TABLE 1. Frekuensi Pengendalian Gulma dengan
Herbisida berdasarkan Umur Umur Tanaman
Umur tanaman (tahun) |
Kondisi Tajuk |
Aplikasi herbisida |
Lebar |
|
Frekuensi |
Waktu |
piringan/jalur |
||
Tanaman belum menghasilkan |
||||
2-3 tahun |
belum menutup |
3-4 kali |
Maret, Juni, septmber, desember |
1.5-2.0 m |
4-5 tahun |
mulai menutup |
2-3 kali |
Maret, september, juni |
1.5-2.0 m |
Tanaman Menghasilkan |
||||
6-8 tahun |
sudah menutup |
2-3 kali |
Maret. September, juni |
2.0-3.0 m |
9-15 tahun |
sudah menutup |
2 kali |
Maret, September |
2.0-3.0 m |
>15 tahun |
sudah menutup |
3 kali |
Maret, September |
2.0-3.0 m |
Program pemupukan
Selain pupuk dasar yang telah diberikan pada saat
penanaman, program pemupukan secara berkelanjutan
pada tanaman karet harus dilakukan dengan dosis yang
seimbang dua kali pemberian dalam setahun. Jadwal
pemupukan pada semeseter I yakni pada
Januari/Februari dan pada semester II yaitu
Juli/Agustus. Seminggu sebelum pemupukan, gawangan
lebih dahulu digaru dan piringan tanaman
dibersihkan. Pemberian SP-36 biasanya dilakukan dua
minggu lebih dahulu dari Urea dan KCl. Program dan
dosis pemupukan tanaman karet secara umum dapat
dilihat pada Tabel berikut.
Tabel 2. Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman Belum
Menghasilkan
Rekomendasi Umum Pemupukan Tanaman belum
Menghasilkan |
||||
Umur Tanaman |
Urea |
SP36 |
KCL |
Frekuensi pemupukan |
(g/ph/th) |
(g/ph/th) |
(g/ph/th) |
||
Pupuk dasar |
||||
1 |
250 |
150 |
100 |
2 kali/th |
2 |
250 |
250 |
200 |
2 kali/th |
3 |
250 |
250 |
200 |
2 kali/th |
4 |
300 |
250 |
250 |
2 kali/th |
5 |
300 |
250 |
250 |
2 kali/th |
Umur Tanaman |
Urea |
SP36 |
KCL |
Frekuensi pemupukan |
(g/ph/th) |
(g/ph/th) |
(g/ph/th) |
||
6-15 tn |
350 |
260 |
300 |
2 kali/th |
16-25 |
300 |
190 |
250 |
2 kali/th |
>25 sampai |
200 |
150 |
2 kali/th |
Sementara itu untuk tanaman kacangan penutup tanah,
diberikan pupuk RP sebanyak 200 kg/ha, yang
pemberiannya dapat dilanjutkan sampai dengan tahun
ke-2 (TBM-2) apabila pertumbuhannya kurang baik.
Pemberantasan Penyakit Tanaman Penyakit karet sering
menimbulkan kerugian ekonomis di perkebunan karet.
Kerugian yang ditimbulkannya tidak hanya berupa
kehilangan hasil akibat kerusakan tanaman, tetapi
juga biaya yang dikeluarkan dalam upaya
pengendaliannya. Oleh karena itu langkah-langkah
pengendalian secara terpadu dan efisien guna
memperkecil kerugian akibat penyakit tersebut perlu
dilakukan. Untuk Lebih Lanjut mengenai penangan
penyakit (Disease)
6. Penyadapan/Panen
Produksi lateks dari tanaman karet disamping
ditentukan oleh keadaan tanah dan pertumbuhan
tanaman, klon unggul, juga dipengaruhi oleh teknik
dan manajemen penyadapan. Apabila ketiga kriteria
tersebut dapat terpenuhi, maka diharapkan tanaman
karet pada umur 5 - 6 tahun telah memenuhi kriteria
matang sadap. Kriteria matang sadap antara lain
apabila keliling lilit batang pada ketinggian 130 cm
dari permukaan tanah telah mencapai minimum 45 cm.
Jika 60% dari populasi tanaman telah memenuhi
kriteria tersebut, maka areal pertanaman sudah siap
dipanen.
Tinggi bukaan sadap
Tinggi bukaan sadap, baik dengan sistem sadapan ke
bawah (Down ward tapping system, DTS) maupun sistem
sadap ke atas (Upward tapping system, UTS) adalah
130 cm diukur dari permukaan tanah. Waktu bukaan
sadap.
Waktu bukaan sadap adalah 2 kali setahun yaitu, pada
(a) permulaan musim hujan (Juni) dan (b) permulaan
masa intensifikasi sadapan (bulan Oktober). Oleh
karena itu, tidak secara otomatis tanaman yang sudah
matang sadap lalu langsung disadap, tetapi harus
menunggu waktu tersebut di atas tiba. Kemiringan
irisan sadap
Secara umum, permulaan sadapan dimulai dengan sudut
kemiringan irisan sadapan sebesar 400 dari garis
horizontal. Pada sistem sadapan bawah, besar sudut
irisan akan semakin mengecil hingga 300 bila
mendekati "kaki gajah" (pertautan bekas okulasi).
Pada sistem sadapan ke atas, sudut irisan akan
semakin membesar.
Peralihan tanaman dari TMB ke TM
Secara teoritis, apabila didukung dengan kondisi
pertumbuhan yang sehat dan baik, tanaman karet telah
memenuhi kriteria matang sadap pada umur 5 - 6
tahun. Dengan mengacu pada patokan tersebut, berarti
mulai pada umur 6 tahun tanaman karet dapat
dikatakan telah merupakan tanaman menghasilkan atau
TM.
Sistem sadap
Dewasa ini sistem sadap telah berkembang dengan
mengkombinasikan intensitas sadap rendah disertai
stimulasi Ethrel selama siklus penyadap. Untuk karet
rakyat, mengingat kondisi sosial ekonomi petani,
maka dianjurkan menggunakan sistem sadap
konvensional seperti pada tabel berikut :
Tanaman |
Umur |
Sistem Sadap |
Jangka Waktu (tahun) |
Bidang Sadap |
Remaja |
0-5 |
|||
Teruna |
6-7 tn |
s/2 d/3 67% |
2 |
A |
8-10 tn |
s/2 d/2 100% |
3 |
A |
|
Dewasa |
11-15 tn |
s/2 d/2 100% |
4 |
B |
16-20 tn |
a/2 d/2 100% |
4 |
A |
|
Setengah Tua |
21-28 tn |
2 s/2 d/3 133% |
8 |
B' + AH |
Tua |
29-30 tn |
2 s/2 d/3 133% |
4 |
A" + BH |
Executive Summary
Dengan harga karet 1.5 US dollars per kg ,
keuntungan bersih bisa mencapai 31% dari modal awal.
Pada Tahun 2010 ini harga karet lebih dari 3.0
dollar per kg. Tunggu apa lagi?
Berikut ini perhitungan detail mengenai keuntungan
yang bisa didapat
Estimasi Produksi
Produksi lateks per satuan luas dalam kurun waktu
tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain klon karet yang digunakan, kesesuaian lahan dan
agroklimatologi, pemeliharaan tanaman belum
menghasilkan, sistem dan manajemen sadap, dan
lainnya. Dengan asumsi bahwa pengelolaan kebun
plasma dapat memenuhi seluruh kriteria yang dengan
dikemukakan dalam kultur tehnis karet diatas, maka
estimasi produksi dapat dilakukan dengan mengacu
pada standar produksi yang dikeluarkan oleh Dinas
Perkebunan setempat atau
Balai Penelitian Perkebunan yang bersangkutan.
Karena produksi kebun karet adalah lateks, maka
estimasi produksi per hektar per tahun dikonversikan
ke dalam satuan getah karet basah seperti pada Tabel
berikut :
Tabel 5. Proyeksi Produksi Karet Kering dan Estimasi
Produksi Lateks
Tahun |
|
Estimasi Produksi KKK (ton/ha) |
Estimasi Produksi Lateks (liter/ha) |
Umur (Th) |
Sadap |
|
|
6 |
1 |
500 |
2,000 |
7 |
2 |
1,150 |
4,600 |
8 |
3 |
1,400 |
5,600 |
9 |
4 |
1,600 |
6,400 |
10 |
5 |
1,750 |
7,000 |
11 |
6 |
1,850 |
7,400 |
12 |
7 |
2,200 |
8,800 |
13 |
8 |
2,300 |
9,200 |
14 |
9 |
2,350 |
9,400 |
15 |
10 |
2,300 |
9,200 |
16 |
11 |
2,150 |
8,600 |
17 |
12 |
2,100 |
8,400 |
18 |
13 |
2,000 |
8,000 |
19 |
14 |
1,900 |
7,600 |
20 |
15 |
1,800 |
7,200 |
21 |
16 |
1,650 |
6,600 |
22 |
17 |
1,550 |
6,200 |
23 |
18 |
1,450 |
5,800 |
24 |
19 |
1,400 |
5,600 |
25 |
20 |
1,350 |
5,400 |
26 |
21 |
1,200 |
4,800 |
27 |
22 |
1,000 |
4,600 |
28 |
23 |
1,150 |
4,000 |
29 |
24 |
850 |
3,400 |
Teknologi untuk Meningkatkan Produktivitas Pohon
Karet
Penelitian oleh Riset Perkebunan Nusantara
Klon Unggul Cepat Menghasilkan. Penemuan terakhir di
bidang pe-muliaan karet menghasilkan klon baru yang
memiliki pertumbuhan cepat, se-hingga masa tanaman
belum meng-hasilkan dapat dipersingkat dari 5 tahun
menjadi 3 tahun 6 bulan. Klon-klon baru tersebut
diberi nama IRR (Indonesian Rubber Research) dan
yang terbaik terdapat 5 klon yaitu IRR 100, IRR 111,
IRR 112, IRR 117, dan IRR 118. Keragaan pertumbuhan
kelima klon tersebut dalam bentuk per-tumbuhan lilit
batang dan persentase matang sadap pada umur 3,5
tahun
Dengan kriteria matang sadap 60 persen tanaman telah
men-capai ukuran lilit batang 45 cm, maka dari Tabel
2 jelas bahwa matang sadap kelima klon baru tersebut
sudah ter-capai pada umur 3,5 tahun.
Sedangkan klon PR 261 sebagai pembanding
di-perkirakan baru mencapai matang sadap umur 4,5
tahun. Di samping waktu matang sadap lebih cepat
klon baru ini juga memiliki potensi hasil lateks dan
kayu lebih tinggi dari klon pembanding.
Klon Unggul Penghasil Kayu
Dengan semakin terbatasnya potensi kayu dari hutan
alam maka fungsi kebun karet sebagai sumber kayu dan
biomassa lainnya akan semakin penting pada abad
ke-21 ini. Untuk meraih peluang tersebut maka
pe-muliaan karet tidak hanya ditujukan kepada
penemuan klon unggul penghasil lateks tetapi juga
sebagai peng-hasil kayu (timberlatex clones).
Pada saat ini telah ditemukan sejumlah klon yang
diunggulkan dari segi produktivitas lateks dan kayu
Dari Tabel di atas, jelas bahwa klon unggul terbaik
mampu meng-hasilkan kayu log antara 236 dan 288 m3
per hektar pada umur 18 th di-samping produksi
lateks sebesar antara 1.306 dan 2.270 kg karet
kering/ha /tahun.
Klon IRR 33 lebih unggul se-bagai penghasil kayu
dari pada peng-hasil lateks, sedangkan klon lainnya
(IRR 30, IRR 32, IRR 39, dan IRR 54) unggul sebagai
penghasil lateks maupun kayu. Produktivitas kayu
dari klon tersebut diperkirakan akan men-capai lebih
dari 300 m3 per hektar apabila dipanen pada akhir
umur ekonomis karet (25-30 tahun).
Dari kajian ISWA seluruh tanaman karet punya
manfaat. Tunggul dan cabang akar (15%) untuk arang
dan papan partikel, batang bekas sadapan (15-20%)
untuk papan gypsum dan parquet (flooring), batang
bekas sadapan (20- 25%) untuk furniture, kayu lapis
dan kayu rekonstitusi (LVL), dan batang di atas
batang (10-15%) untuk kayu olahan.
Sementara cabang utama dan kedua bisa menghasilkan
produk kerajinan tangan dan mainan serta papan
serat, sedangkan ranting dan daun bisa untuk kompos
dan arang. Permintaan pasar terhadap kayu karet
cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari hasil
ekspor Thailand dan Malaysia sejak 1995 yang mampu
mengekspor produk kayu karet dengan devisa mencapai
600 juta dolar. Bahkan, tahun 2003 ekspor Malaysia
sudah menembus 1 miliar dollar dan Thailand 900 juta
dolar (FLEGT, 2005).
Pengendalian Penyakit Gugur Daun Corynespora
Penyakit gugur daun yang disebabkan jamur
Corynespora cassiicola berpotensi membahayakan
perkebunan karet apabila tidak dikendalikan dengan
baik. Potensi bahaya tersebut terlihat dari adanya
peningkatan in-tensitas serangan di pertanaman dan
adanya indikasi peningkatan virulensi terhadap
klon-klon yang sudah lama dikembangkan secara luas
seperti GT 1 dan RRIM 600.
Intensitas serangan penyakit ini sangat berkaitan
dengan kepekaan klon, karena itu penggunaan klon
yang resisten merupakan langkah pengendalian yang
praktis dan ekonomis. Agar sifat resistensi klon
dapat berfungsi secara efektif maka strategi
penggunaannya dalam pe-ngendalian penyakit perlu
dilakukan sebagai berikut:
(1) Semua penanaman baru harus menggunakan klon
resisten,
(2) Membatasi luas dan jangka waktu pengembangan
klon tertentu untuk menghambat perkembangan ras
fisiologis dengan menerapkan konsep diversifikasi
dan pergiliran klon secara konsisten,
(3) Mengisolasi perkembangan penyakit dari setiap
blok pertanaman yang terserang melalui tindakan
terpadu antara lain penguguran daun, perlakuan
fungisida, dan mempercepat peremajaan.
Klon-klon karet yang resisten terhadap Corynespora
adalah AVROS 2037, BPM 24, BPM 107, PB 217, PB 260,
PR 255, RRIC 100, RRIM 712, TM 2, dan TM 9.
Peningkatan Pendapatan Melalui Tanaman Sela |
Pemanfaatan gawangan karet sampai umur 3
tahun atau menjelang menutupnya tajuk
tanaman karet dimaksudkan untuk meningkatkan
produktivitas lahan dan pendapatan pekebun.
Beberapa jenis tanaman sela yang terbukti
memberikan keuntungan tanpa merugikan
pertumbuhan tanaman karet diantaranya adalah
nenas, pisang, jagung, kapulaga, dan padi
gogo.
|
Media Bibit Praktis dari Karet Alam
Media ringan seperti sabut kelapa dan tanah gambut
digunakan sebagai pelapis akar tanaman serta sebagai
media tumbuh ringan dan kompak, dengan mencampur
media ringan tersebut dengan lateks alam.
Teknologi pelapisan akar disiapkan untuk mempermudah
dan meringankan biaya transportasi tanaman. Akar
tanaman yang akan ditransportasikan dibersihkan dari
tanah dan kemudian melapisinya dengan lateks alam
yang telah dicampur pupuk dan media ringan.
Media ringan berperan sebagai penahan air dan lateks
alam sebagai pelindung dari penguapan. Teknologi
pelapisan akar tersebut berhasil mempertahankan daya
tumbuh tanaman sesuai dengan kemampuan media menahan
air.
Media tumbuh ringan dan kompak dibuat dengan cara
mencampur media ringan dengan lateks alam, pH media
tumbuh berbasis gabus kelapa adalah sekitar 7,0;
kerapatan lindak antara 0,1-0,3; porositas total
se-kitar 70-85 persen; pori penyimpanan air sekitar
60-80 persen; dan pori terisi udara 24 jam antara
5-10 persen.
Media tumbuh ringan serta kompak tersebut telah
berhasil dicoba pada pembibitan tanaman karet,
beberapa jenis tanaman hutan (Acacia mangium dan
Shorea sp.), dan tanaman hortikul-tura (cabe, tomat,
mentimun, dan kangkung darat).
Tanaman yang di-tumbuhkan pada media tersebut tumbuh
segar hingga 2 minggu tanpa penyiraman dan dapat
langsung di pindahkan ke tanah tanpa mencabutnya
dari media.
Lateks Berkadar Protein Rendah
Pemakai barang jadi lateks dapat terkena alergi
karena kandungan protein alergen dalam lateks.
Pe-nurunan kadar extractable protein (EP) dalam
lateks pekat dapat dilakukan melalui penggunaan basa
kuat (mempercepat penguraian protein lateks)
pemakaian surfaktan dan enzim (untuk melepaskan
protein di permukaan partikel karet), serta
pendadihan dan sentrifugasi bertingkat (untuk
membuang protein yang masuk dalam serum lateks).
Teknik-teknik itu dapat menurunkan kadar EP lateks
pekat yang diolah secara konvensional.
Sekalipun demikian, waktu kemantap-an mekanik (MST)
lateks pekat ber-kadar rendah yang dihasilkan,
sehingga sebelum diterapkan dalam skala komersial,
teknologi ini masih perlu dikembangkan. Penelitian
lebih lanjut diarahkan untuk mendapatkan sistem yang
dapat meningkatkan waktu ke-mantapan mekanik lateks
berprotein rendah tersebut.
Keadaan Karet Industri di Indonesia
Sumber: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Keadaan Karet Industri di Indonesia
Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, yaitu
rendahnya produktivitas, terutama karet rakyat yang
merupakan mayoritas (91%) areal karet nasional dan
ragam produk olahan yang masih terbatas, yang
didominasi oleh karet remah (crumb rubber).
Rendahnya produktivitas kebun karet rakyat
disebabkan oleh banyaknya areal tua, rusak dan tidak
produktif, penggunaan bibit bukan klon unggul serta
kondisi kebun yang menyerupai hutan.
Namun luas areal kebun rakyat yang tua, rusak dan
tidak produktif mencapai sekitar 400 ribu hektar
yang memerlukan peremajaan. Persoalannya adalah
bahwa belum ada sumber dana yang tersedia untuk
peremajaan.
Di tingkat hilir, jumlah pabrik pengolahan karet
sudah cukup, namun selama lima tahun mendatang
diperkirakan akan diperlukan investasi baru dalam
industri pengolahan, baik untuk menghasilkan crumb
rubber maupun produk-produk karet lainnya karena
produksi bahan baku karet akan meningkat.
Kayu karet sebenarnya mempunyai potensi untuk
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan furniture
tetapi belum optimal, sehingga diperlukan upaya
pemanfaatan lebih lanjut.
Sasaran jangka panjang (2025) adalah:
(a) Produksi karet mencapai 3,5-4 juta ton yang 25%
di
antaranya untuk industri dalam negeri;
(b) Produktivitas meningkat menjadi 1.200-1.500
kg/ha/th dan hasil kayu minimal 300
m3/ha/siklus;
(c) Penggunaan klon unggul (85%);
(d) Pendapatan petani menjadi US$ 2.000/KK/th dengan
tingkat harga 80% dari harga FOB; dan
(e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet.
Sasaran jangka menengah (2005-2009) adalah:
(a) Produksi karet mencapai 2,3 juta ton yang 10% di
antaranya untuk industri dalam negeri;
(b) Produktivitas meningkat menjadi 800 kg/ha/th dan
hasil kayu minimal
300 m3/ha/siklus;
(c) Penggunaan klon unggul (55%);
(d) Pendapatan petani menjadi US$ 1.500/KK/th dengan
tingkat harga 75% dari harga FOB; dan
(e) Berkembangnya industri hilir berbasis karet di
sentrasentra produksi karet.
Kebijakan operasional di tingkat on farm yang
diperlukan bagi pengembangan agribisnis karet adalah
:
(a) Penggunaan klon unggul dengan produktivitas
tinggi (3.000 kg/ha/th);
(b) Percepatan peremajaan karet tua seluas 400 ribu
ha sampai dengan 2009 dan 1,2 juta
ha sampai dengan 2025;
(c) Diversifikasi usahatani karet dengan tanaman
pangan sebagai tanaman sela dan ternak; dan
(d) Peningkatan efisiensi usahatani.
Di tingkat off farm kebijakan operasional
yang dikembangkan adalah :
(a) Peningkatan kualitas bokar berdasarkan SNI;
(b) Peningkatan efisiensi pemasaran untuk
meningkatkan marjin harga petani;
(c) Penyediaan kredit usaha mikro, kecil dan
menengah untuk peremajaan, pengolahan dan pemasaran
bersama;
(d) Pengembangan infrastruktur;
(e) Peningkatan nilai tambah melalui pengembangan
industri hilir; dan
(f) Peningkatan pendapatan petani melalui perbaikan
sistem pemasaran dan lain-lain.
Kebutuhan dana untuk investasi pada pabrik karet
remah dengan kapasitas 70 ton/hari adalah Rp 25,6
milyar, namun belum perlu segera penambahan pabrik
baru. Untuk kayu karet, diperlukan dana sekitar Rp
2,12 milyar untuk menghasilkan treated sawn timber
dengan kapasitas 20m3/hari.
Pembuatan Karet Lateks Pravulkanisasi
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA PEMBUATAN BARANG
KARET BERBASIS LATEKS PRAVULKANISASI by D.Suparto,
Y.Syamsu
Peningkatan konsumsi karet alam di dalam negeri
dapat dipacu melalui pengembangan industri barang
jadi lateks (BJL), mengingat komponen karet di dalam
barang jadi lateks sangat dominan. Hingga saat ini
secara global industri barang jadi lateks baru
mengkonsumsi sekitar 8% dari produksi karet alam
dunia, sedangkan secara domestik industri
barang jadi lateks saat ini menyerap sekitar 17%
dari konsumsi karet alam dalam negeri.
Secara garis besar proses pembuatan barang jadi
lateks dapat dipecah menjadi dua, yakni tahap
penyiapan kompon lateks dan tahap pencetakan,
vulkanisasi dan pengeringan. Tahap penyiapan kompon
memerlukan kemampuan mengelola persediaan bahan baku
berupa lateks pekat dan bahan kimia kompon serta
pengetahuan yang cukup untuk meramu kompon sesuai
kebutuhan dan barang jadi lateks yang akan
diproduksi. Pada industri besar ke dua tahap proses
tersebut dikerjakan secara terintegrasi, didukung
oleh kapital dan SDM yang memadai. Sementara
itu bagi industri kecil hal tersebut sering
menjadi kendala. Salah satu pendekatan yang
banyak berkembang saat ini di lingkungan
industri karet adalah menggunakan ramuan bahan baku
(kompon) yang siap pakai. Ramuan demikian
dikenal sebagai lateks pravulkanisasi, yakni kompon
lateks yang telah mengalami proses vulkanisasi
hingga tingkat tertentu sehingga industri pengguna
tinggal melanjutkan proses pencetakan dan
pengeringan.
Ketersediaan lateks pravulkanisasi dengan
karakteristik tertentu sesuai dengan barang jadi
lateks tertentu perlu dikembangkan guna mendorong
perkembangan IKM barang lateks. Proses
pravulkanisasi membutuhkan sarana berupa reaktor
pravulkanisasi yang memungkinkan proses berjalan
optimal dan efisien pada suhu yang dikehendaki.
Selain melalui pengaturan kompon, rancang-bangun
reaktor juga diperlukan dalam pembuatan lateks
pravulkanisasi.
Kegiatan rancangbangun telah menghasilkan reaktor
pravulkanisasi kapasitas 150 liter berpengaduk ganda
dengan sumber panas kompor gas. Unit
pembangkit panas terdiri atas tanki penampung media
pemanas yang dilengkapi dengan kompor gas
sebagai sumber panas. Tanki penampung media
pemanas berkapasitas 80 liter, sekitar dua kali
kebutuhan media pemanas yang kontak dengan reaktor.
Setelah dipanaskan media pemanas dipompakan dengan
bantuan pompa roda gigi ke ruang bagian tengah
reaktor (ruang media pemanas) mengalir secara spiral
dari bawah ke atas. Energi dari media pemanas
dipindahkan ke kompon lateks pravulkanisasi dan
media pemanas kemudian disirkulasikan ke dalam ruang
penampung media transfer panas untuk dipanaskan
kembali. Berdasarkan uji fungsi, untuk
meningkatkan suhu bahan sebanyak 150 liter dari suhu
ruang menjadi 70-80O C diperlukan waktu
sekitas 30-45 menit, dicapai dengan mengatur
kecepatan gas sumber bahan bakar. Distribusi
suhu dan kestabilan suhu tercapai dengan baik,
diupayakan dengan mengatur pola aliran media pemanas
sehingga mengalir secara spiral. Kontrol terhadap
suhu dilakukan melalui mekanisme buka tutup salah
satu saluran gas.
Reaktor pravulkanisasi yang dilengkapi kompor
pemanas
Selain itu, telah dilakukan formulasi lateks
pravulkanisasi untuk produk bag, sarung
tangan rumah tangga dan balon. Lateks pravulkanisasi
yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan sifat fisik
produk BJL.
Tabel. Formula kompon lateks pravulkanisasi
Bahan |
Bag |
Sarung Tangan |
Balon |
|||
BG1
(bsk) |
BG2
(bsk) |
HG1
(bsk) |
HG2
(bsk) |
BL1
(bsk) |
BL2
(bsk) |
|
60% Lateks Pekat |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
100 |
10% KOH |
0.4 |
0.4 |
0.4 |
0.4 |
0.4 |
0.4 |
20% Kalium laurat |
0.4 |
0.4 |
0.4 |
0.4 |
0.4 |
0.4 |
20% Bahan penstabil |
0.3 |
0.3 |
- |
- |
- |
- |
50% Sulfur |
1.5 |
1 |
1.25 |
0.8 |
0.5 |
0.5 |
50% Bahan pencepat |
1 |
0.7 |
1 |
0.7 |
0.8 |
0.5 |
50% ZnO |
0.5 |
0.4 |
1 |
0.3 |
0.3 |
0.2 |
50% Antioksidan |
1 |
0.5 |
1 |
0.6 |
1 |
1 |
Tabel. Sifat Fisik Vulkanisat
Sifat fisik |
Bag |
Sarung Tangan |
Balon |
Kuat Tarik, MPa |
25,5-27 |
25,9-27,6 |
24,0-24,9 |
Perpanjangan Putus, % |
880-890 |
885-900 |
930-950 |
Ribbed Smoked Sheet
Kebanyakan dari karet alam dibuat menjadi RSS Ribbed
Smoked Sheet.
Alur pembuatan RSS Ribbed smoked sheet:
-
pengangkutan bahan baku lateks ke pabrik karet,
-
lateks dimasukan di tangki penampungan,
-
lateks dicampurkan dengan asam formic dan air dan dihaluskan menjadi lembaran karet,
-
lembaran karet dicuci mengunakan air dan dikeringkan secara normal selama 10 hari di menara blanket
-
kemudian lembaran karet dikeringkan lebih lanjut di ruang asap dengan suhu sekitar 120 – 145 derajat selsius
-
Kotoran pada karet dibersihkan secara manual dan dinilai kualitasnya.
-
Lembaran karet sheet dipress dengan mengunakan “talc” sejenis tanah untuk mencegah penempelan antara lembaran karet yang satu dengan yang lain.
Making Latex Balloon
FOR FULL VERSION
Source:
http://www.balloonhq.com/faq/making.html#general
HOW TO MAKE LATEX BALLOON
Balloons are manufactured from a liquid rubber
called latex. The balloon gets its color from
the pigment that is added to the latex.
HOW TO MAKE LATEX BALLOON AT HOME
The man who invented and patented the Geo, Ron
Prater from Indiana, made all his prototype balloons
at home, and vulcanized them in his kitchen oven (of
course, his dad was a chemist at Pioneer Balloon
Company...). I have a newspaper article (that was
reprinted in a clown magazine) which discusses this.
Regarding making balloons at home, I've watched the
hand dipping process and it's a snap. One good
person with a few hundred dollars invested could
make a gross in about 12 to 16 hours. At that rate,
the cost would be prohibitive. - Marvin
Procedure to Manufacture a Latex Dipped Item
-
Stir latex coagulent (the talc generally powder settles out). Transfer to vessle suitable for heating. Warm coagulent to 130-140 degrees Fahrenheit (warming is optional and is used mainly for fast production).
-
Warm former or form for 3 minutes at 170-175 degrees Fahrenheit.
-
Dip warm former into coagulent (coagulent should be under constant agitation).
-
Dry coagulent coated former in 170-175 degree Fahrenheit oven for 3 minutes.
-
Dip dried former in 70-75 degree Fahrenheit latex.
-
Leach latex coated former in 175-180 degree Fahrenheit water for 15 minutes.
-
Cure latex on former for 20 minutes at 200-215 degrees Fahrenheit.
All about Latex Gloves
FOR FULL VERSION
Source:
http://www.medicalexamglove.com/latex-gloves/manufacturing_process.html
MANUFACTURING PROCESS OF LATEX GLOVES
Summary
Making latex exam gloves is a multi-stage process to
ensure quality, medical-grade gloves are produced.
The quality of gloves will differ based on how the
factories treat each manufacturing stage. The
following pages illustrate what these stages are to
make exam gloves from gathering the raw materials to
making the final inspection.
Making latex exam gloves start from collecting the
raw material needed which is natural rubber. After
workers tap the rubber trees for latex sap, the
materials are sent to the glove factories where they
will be combined according to the glove
specifications. At the glove factories, exam glove
formers go through stages of dipping, powdering,
rinsing, and drying until latex gloves are made. For
detailed process, click the following to observe the
different phases of manufacturing latex exam gloves.
Cleaning the Formers
Quality production of exam gloves include making sure the enviornment throughout the glove factory is clean.
Coagulant Tank
Once cleaned, the glove formers are dipped into a coagulant bath to help the latex mixture adhere to the formers and help ensure the latex is distributed evenly.
Latex Dip
The formers are dipped into the latex mixture and will eventually travel through a series of ovens to dry the gloves.
Good Leaching
After drying the latex mixture, the gloves are put through a leaching line to remove residual chemicals and proteins from the surface of the gloves.
Even Powdering
The glove formers then go through a wet powder
to ensure even powdering. This wet powder, also
referred to as slurry, is cornstarch. Traditionally,
powdered latex exam gloves were preferred compared
to poweder-free versions. The powder on the gloves
were beneficial in the preservation of the latex
gloves and assisted in the donning process of the
gloves.
Stripping
Next, the latex gloves are stripped off the formers.
The workers will collect the latex exam gloves for
the final drying phase of the latex glove
manufacturing process.
SOURCE: http://www.immune.com/rubber/nr3.htm